Stigma terhadap kesehatan mental merujuk pada prasangka terhadap orang-orang dengan gangguan mental. Ada tiga jenis stigma: stigma publik, self-stigma, dan stigma institusional. Stigma publik mengacu pada sikap negatif masyarakat terhadap orang dengan gangguan mental. Ketika seseorang dengan gangguan mental meminternalisasi sikap-sikap tersebut, mereka mengalami self-stigma. Stigma institusional bersifat sistemik dan mencakup hukum atau kebijakan pemerintah atau organisasi lain yang dengan sengaja atau tidak, mendiskriminasi mereka dengan gangguan mental. Contoh nyatanya adalah ketidakseimbangan dalam jaminan kesehatan untuk pengobatan psikiatri versus pengobatan untuk penyakit fisik lainnya.

Secara umum, stigma dapat dibagi menjadi prasangka dan diskriminasi. Prasangka adalah pemikiran yang cenderung negatif terhadap orang dengan gangguan mental. Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak adil terhadap orang-orang tersebut karena prasangka semacam itu.

Stigma dapat dibagi menjadi prasangka dan diskriminasi. Prasangka adalah pemikiran yang cenderung negatif terhadap orang dengan gangguan mental. Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak adil terhadap orang-orang tersebut karena prasangka semacam itu.

Dampaknya sangat tragis. Stigma yang kuat dan merata ini mencegah orang untuk mengakui masalah kesehatan mental mereka sendiri, apalagi mengungkapkannya kepada orang lain. Akibatnya, banyak yang menghindari atau menunda konseling. Ketakutan mereka bisa dimengerti, karena kita sering mendengar klien menggambarkan kehilangan hubungan atau pekerjaan setelah mengungkapkan penyakit mental mereka. Stigma semacam ini juga dapat menyebabkan penurunan harga diri, peningkatan masalah psikologis, serta lebih banyak kesulitan relasi dan pekerjaan.

Melawan stigma kesehatan mental selalu menjadi tantangan, karena orang dengan masalah mental enggan untuk berbicara dengan psikolog apalagi secara publik, dan hal ini bisa dimengerti namun jangan dibiarkan terlalu lama.

Melawan stigma kesehatan mental selalu menjadi tantangan, karena orang dengan masalah mental enggan untuk berbicara dengan psikolog apalagi secara publik, dan hal ini bisa dimengerti namun jangan dibiarkan terlalu lama. Seiring waktu, tokoh publik mulai meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan mental. Selena Gomez  secara terbuka membahas kecemasan dan bipolar hingga perjuangannya melawan depresi. Ada selebriti lain, termasuk Angelina Jolie,  Ryan Renolds dan Dwayne “The Rock” Johnson, telah berbicara tentang hidup dengan masalah mental. Sayangnya, dampak terhadap diskriminasi belum menggembirakan.

Kita semua juga bisa berperan dalam hal ini. Seperti ketika kita menghadapi bentuk prasangka lainnya, penting untuk bersuara ketika kita mendengar informasi yang salah atau penghinaan terhadap masalah mental.

Namun, ada harapan perbaikan dalam stigma terhadap kesehatan mental. Meskipun layak diapresiasi bahwa selebriti berbicara terbuka, kita semua juga bisa berperan dalam hal ini. Seperti ketika kita menghadapi bentuk prasangka lainnya, penting untuk bersuara ketika kita mendengar informasi yang salah atau penghinaan terhadap masalah mental.

Sebagai masyarakat, kita semua harus berperan dalam mengurangi stigma dan membantu memperbaiki kehidupan siapapun yang mengalami masalah mental. Orang terdekat kita atau bahkan diri kita sendiri!

Kita juga bisa bergabung dengan komunitas dan organisasi yang bekerja untuk melawan stigma terhadap gangguan mental. Kita juga bisa berusaha untuk mempelajari  sendiri dan orang lain tentang kenyataan-kenyataan tentang kesehatan mental. ini merupakan masalah sosial, karena masyarakat dapat memperbaiki atau memperburuk masalah mental dan dampaknya pada individu. Oleh karena itu, sebagai masyarakat, kita semua harus berperan dalam mengurangi stigma dan membantu memperbaiki kehidupan siapapun yang mengalami masalah mental. Orang terdekat kita atau bahkan diri kita sendiri!