Selama berpraktek, saya melihat ada klien yang tumbuh di budaya yang lebih individualistik atau dalam keluarga yang mendiskusikan dan menghargai kesehatan mental dan kesejahteraan, terlibat dalam konseling terasa lebih mudah. Namun, bagi klien saya yang berasal dari budaya yang lebih kolektivistik atau keluarga yang tidak pernah membicarakan pentingnya kesehatan mental dan berusaha memahaminya dengan orang yang mereka cintai, konseling sering dianggap sebagai sesuatu yang digunakan untuk mengobati gangguan kesehatan mental yang “parah.” Pandangan keluarga, budaya, atau masyarakat dapat mencegah kita mencari bantuan. Sebagai seorang psikolog, saya bisa merasakan narasi ini dalam percakapan saya bersama mereka. Saya berharap bersama klien-klien dapat mengatasi dan menantang prasangka-prasangka yang dapat mencegah klien saya untuk terus membangun kepercayaan dan hubungan terapeutik dalam sesi terapi kami.

Harapan saya adalah bahwa tulisan ini akan dapat membantu meredakan keraguan hingga ketakutan tentang memulai konseling maupun keraguan melanjutkan sesi konseling yang sebenarnya anda butuh untuk memulainya atau melanjutkannya. Berikut adalah jawaban atas beberapa mitos yang saya temukan yang relevan untuk mengatasi stigma dan kecemasan yang terkadang muncul sebelum terlibat dalam konseling psikologis:
- Konseling dan Psikoterapi Bukan Hanya untuk Menangani Masalah Anda Saja.
Sebagai manusia, kita menyisihkan waktu untuk berbagai aspek kehidupan kita yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan mencari cara untuk merasakan lega. Perawatan medis kita, perawatan mobil, dan liburan yang kita ambil untuk bersenang-senang dan bersantai memberi kita dasar untuk memberdayakan diri kita sendiri agar dapat menjalani kehidupan yang lebih berkualitas. Saat ini, konseling dan psikoterapi semakin menjadi hal yang biasa sebagai cara untuk meningkatkan kehidupan kita, dan stigma seputar konseling bersama psikolog semakin berkurang. Sangat menyegarkan ketika klien menghubungi saya untuk memulai sesi konseling dengan tujuan mengeksplorasi cara meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam konseling, psikolog memberikan ruang untuk memproses dan menjelajahi cara-cara di mana kehidupan klien dapat terus mengalami perbaikan. Mengeksplorasi berbagai bentuk psikoterapi agar klien dapat memberdayakan, menciptakan ruang untuk merawat diri mereka sendiri dan juga orang yang mereka cintai dengan batasan yang sehat.
Harapan saya adalah bahwa tulisan ini akan dapat membantu meredakan keraguan hingga ketakutan tentang memulai konseling maupun keraguan melanjutkan sesi konseling yang sebenarnya anda butuh untuk memulainya atau melanjutkannya. - Menjalani Sesi Bersama Psikolog Bukan Berarti Ada yang Salah dengan Anda.
Saya sangat menyukai keragaman dalam diri manusia yang merupakan bagian dari kehidupan. Kita semua sebagai manusia berusaha yang terbaik untuk mencari tahu bagaimana kita menjalani kehidupan kita. Anda dapat membuat janji temu ketika masalah anda masih terasa ringan namun anda memiliki keraguan, ketidakyakinan dalam menghadapinya. Atau ketika masalah belum anda rasakan namun anda berfirasat jika sesuatu didiamkan akan menjadi masalah. Ini adalah jam dan waktu sesi Anda, dan keberadaan saya, pendengar aktif, anda dapat mengatakan apapun dalam sesi konseling.
Anda dapat membuat janji temu ketika masalah anda masih terasa ringan namun anda memiliki keraguan, ketidakyakinan dalam menghadapinya. Atau ketika masalah belum anda rasakan namun anda berfirasat jika sesuatu didiamkan akan menjadi masalah. - Melakukan Sesi Dengan Psikolog lain Setelah Psikolog Pertama Anda Artinya Sakit Mental Parah.
Setelah Anda menginvestasikan beberapa waktu dalam konseling, mungkin menjadi menakutkan untuk berpikir tentang harus mengakhiri atau beralih ke psikolog lain untuk memproses dan menjelajahi semua pikiran dan perasaan Anda lagi. Namun, bisa ada banyak alasan. Semoga bukan karena Anda tidak puas, tetapi ini bisa terjadi misalnya untuk mencari second opinion, atau cakrawala yang berbeda.
Kita semua sebagai manusia berusaha yang terbaik untuk mencari tahu bagaimana kita menjalani kehidupan kita.
Apakah ada pemikiran lain yang anda ragu apakah hal teresebut mitos atau bukan? Jangan ragu untuk share pada kami ya!