Jika anda melihat dunia dan masa depan hanya terisi oleh orang-orang yang memiliki pandangan yang sama dengan anda; heteroseksual, seagama dengan anda, menikah dengan memiliki anak, tinggal di kompleks perumahan dengan orang-orang yang sama seperti anda, mungkin artikel ini bukan untuk anda.

Jika anda menginginkan anak anda mewarisi dan memahami dunia yang memiliki banyak sekali perbedaan; seperti ras, gender, budaya, kepercayaan, agama, orientasi seksual serta identitas diri dan perbedaan lainnya penting untuk diterima dan dipahami sebagai realita dalam kehidupan kita. Cara berikut ini mungkin dapat meningkatkan kepekaan anak kita terhadap perbedaan di dunia ini:

Dunia memiliki banyak sekali perbedaan; seperti ras, gender, budaya, kepercayaan, agama, orientasi serta identitas diri dan perbedaan lainnya penting untuk diterima dan dipahami sebagai realita dalam kehidupan kita.

Sebelumnya 3 hal berikut ini perlu dipahami dahulu oleh orangtua:

1. Anak terlahir sebagai pemikir yang alami.
Seringkali orangtua khawatir untuk memperkenalkan pada anak mengenai konsep-konsep kehidupan dewasa. Kita khawatir konsep seperti ras, perbedaan kelas sosial, perbedaan agama, perbedaan identitas gender akan membingungkan dan berat buat mereka. Pemikiran seperti ini menjadi masalah ketika kita berasumsi bahwa anak belum memperhatikan perbedaan-perbedaan ini. Padahal mereka tidak hanya sudah melihatnya tetapi seringkali mencoba sendiri saja untuk memahaminya.

Sekitar usia 4 tahun, anak mulai memilah segala hal yang mereka lihat ke dalam kategori-kategori. Sebagai contoh mereka memilah mainan mereka yang berwarna pink dan yang biru secara terpisah. Mereka juga memperhatikan anak perempuan dan anak laki-laki berbeda. Mereka mulai memperhatikan ada anak yang berkulit gelap ada yang sangat putih. Ada anak yang memiliki kedua orangtua ada yang hanya satu. Hal lain yang mereka perhatikan juga adalah mungkin anda tidak mau membicarakan hal ini.

2. Anak menginterpretasikan perilaku diam kita sebagai Rasisme.
Usaha kita mengajarkan anak menerima saja apa yang diberikan orangtua tanpa banyak bertanya, mengajarkan mereka bahwa luar biasa banyaknya topik yang tabu untuk dibicarakan. Contoh paling sederhana ketika mereka dengan santai mengatakan bahwa anak perempuan tidak menyukai kelas olahraga seperti anak laki-laki, atau bertanya mengapa tidak semua anak beragama sama, dan kita hanya mengatakan; “biasa itu, anak perempuan memang begitu” atau “memusingkan sekali nak pertanyaanmu”. Hal ini menutup keingintahuan mereka.

Bila kita memberikan penjelasan yang mengasumsikan kita semua berasal dari keluarga yang sama dan paling baik. Hal ini akan membuat anak tidak memiliki kepekaan akan perbedaan. Bertambahnya usia anak, mereka dapat menjadi orang yang penuh dengan prasangka buruk dengan orang yang berbeda dengan dirinya.

3. Biasa, Umum, dan Normal dan bukanlah hal yang sama.
Selalu ada perbedaan di dunia ini, dan sekarang ini perbedaan semakin jauh lebih terlihat. Apalagi dengan adanya arus informasi melalui internet. Kita hidup semakin sedikit terpisah, tidak hanya secara rasial dan kultural, tapi juga berbagai pilihan cara hidup yang tampil dalam ranah publik.

Sayangnya, sebagian besar dari kita masih ragu membicarakan hal ini dalam keluarga . Kita hanya terus menekankan bahwa sistem keluarga kita yang paling benar tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Diskusi dengan anak-anak seolah-olah memang demikian. Banyak keluarga masih kurang mau membicarakan tentang apa yang dimaksud dengan berbagai pilihan hidup. Perbedaan itu tidak berarti buruk, misalnya seperti memahami keluarga multi-rasial, multi-agama, keluarga dengan anggota yang berbeda, keluarga tunggal dan perbedaan lainnya.

Bila kita memberikan penjelasan yang mengasumsikan bahwa kita semua berasal dari bentuk keluarga yang sama dan paling baik, maka hal ini akan membuat anak tidak memiliki kepekaan tentang perbedaan. Anak tidak akan menyadari bahwa yang tidak sesuai dengan paradigma keluarga sendiri akan merasa terluka, malu bahkan dapat mengalami traumatik jika kita menyakiti mereka. Saat anak-anak ini mencoba membangun komunitas dengan lingkungannya seiring bertambahnya usia, anak dapat menjadi orang yang penuh dengan prasangka buruk dan mudah menghakimi dengan orang yang berbeda dengan dirinya.

Buang pemikiran bahwa anda mengenalkan konsep asing, atau membingungkan anak-anak dengan membicarakan perbedaan besar dunia. Sebenarnya yang membingungkan bagi anak-anak adalah ketika kita berpura-pura bahwa dunia hanya bergerak satu arah.

Jadi, apa yang dapat kita lakukan sebagai orangtua?

Pahami bahwa tidak ada yang tabu untuk dibicarakan bersama anak. Buang pemikiran bahwa anda mengenalkan konsep asing, atau membingungkan anak-anak dengan membicarakan perbedaan besar dunia. Sebenarnya yang membingungkan bagi anak-anak adalah ketika kita berpura-pura bahwa dunia hanya bergerak satu arah.

Tanyakan kepada anak-anak anda, seperti apa teman mereka, jika mereka mengenal anak-anak yang memiliki orang tua tunggal, atau diadopsi. Bila anda melihat mereka memperhatikan sesuatu di depan umum, dan mereka terlihat memiliki pertanyaan dengan jelas di wajah mereka, berbisiklah kepada mereka bahwa mereka dapat menanyakannya segera setelah anda bersama mereka berada dalam situasi yang kondusif untuk mendiskusikannya, kemudian biarkan mereka mengajukan pertanyaan mereka. Anda mungkin khawatir apa yang harus anda katakan, atau bagaimana mengatakannya, tapi perilaku diam anda lebih buruk. Katakan pada mereka bahwa masalahnya membingungkan dan penting bagi anda untuk memikirkannya terlebih dahulu agar anda dapat menjelaskan tanpa perlu menjelek-jelekkan pihak tertentu.

Jangan berasumsi anak-anak kita akan paham dengan sendirinya dan akan memilih pola yang sama dengan anda.

Jangan Membuat Asumsi. Jangan berasumsi anak-anak kita akan paham dengan sendirinya dan akan memilih pola yang sama dengan anda. Sebagai contoh, ketika anda bertanya tentang teman anak-anak anda, tanyakan kepada mereka siapa mereka dan  tinggal bersama siapa, daripada bertanya siapa orang tua mereka.

Bahkan ketika kita tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu, atau ketika jawabannya tampak jelas, kita bisa mengajari anak-anak kita untuk tidak membuat asumsi dengan mengajukan pertanyaan kritis kepada mereka, seperti jika mereka menganggap orang tua teman mereka memiliki pandangan yang berbeda dengan orangtua mereka, atau apakah mereka berpikir teman mereka datang ke keluarga dengan adopsi atau kelahiran. Intinya, jangan berasumsi bahwa setiap orang seperti kita atau yang sama dengan kita itu yang benar, namun penting untuk disadari begitu banyaknya variasi kehidupan sehingga keingintahuan, bertoleransi dan keterbukaan dapat menjadi pilihan kita bersama anak.