Kalau kamu merasa capek atau terbebani setiap kali berinteraksi dengan orang tua, mungkin itu tandanya kamu sedang berurusan dengan orang tua yang toksik. Istilah “toksik” ini digunakan untuk menggambarkan orang yang bisa bikin orang lain sakit hati. Misalnya, mereka sering berkata atau berperilaku negatif yang bikin kamu stres atau cemas terus-menerus.
- bingung dan tidak yakin dengan diri sendiri
- merasa buruk tentang diri sendiri dengan cara tertentu
- terus-menerus dinilai
- bersalah karena mengatakan “tidak”
- terkuras, marah, atau terbebani
- merasa tidak dihormati
- merasa sedang dimanipulasi
- perlu mengubah perilaku Anda
- seperti Anda terus-menerus “jalan di atas telur” di sekitar mereka
Orang tua yang toksik memiliki beberapa sifat umum yang perlu diwaspadai, seperti:
Pertimbangkan untuk mencoba strategi berikut, jika kamu sudah merasa kelelahan secara mental menghadapi orangtua anda:
1. Berhentilah mencoba menyenangkan mereka secara terus-menerus.
Tidak perlu terus-terusan mencoba untuk memenuhi harapan orang tua yang toksik. Kamu bebas untuk membuat keputusan sendiri dan melakukan apa yang membuatmu bahagia. Ingat, hidup ini adalah milikmu, dan kamu memiliki hak untuk menentukan nilai dan tujuan hidupmu sendiri. Jangan merasa terus-menerus mencari persetujuan atau validasi dari orang lain, termasuk orang tua. Karena itu bisa membuatmu merasa tidak bahagia dan tidak puas dengan hidupmu.
Pertanyaan refleksi: Apa yang pernah kamu lakukan untuk menyenangkan orang tuamu, meskipun itu tidak sesuai dengan keinginanmu dan membuatmu merasa tidak nyaman? Dan jika orang tua mu tidak setuju dengan keputusanmu, apa yang akan kamu lakukan untuk menjalani hidupmu dengan bahagia dan merasa puas dengan dirimu sendiri?
2. Tetapkan dan tegakkan batasan
Tetapkan batasan bisa membantu kamu menetapkan harapan yang jelas tentang bagaimana orang lain seharusnya memperlakukanmu, termasuk orang tuamu yang berperilaku beracun. Meskipun hal ini mungkin terasa tidak nyaman dan sulit, batasan sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat dan memelihara ruang emosional dan fisik antara kamu dan orang tuamu.
Namun, menetapkan batasan dengan orang yang berperilaku beracun bisa jadi sulit, karena mereka mungkin tidak menghormati batasan yang kamu tetapkan. Meskipun demikian, jangan biarkan hal ini menghentikanmu. Ingatlah bahwa kamu berhak membatasi kontak dengan orang tuamu atau bahkan memutuskan hubungan jika diperlukan. Tidak ada yang harus merasa bersalah karena memilih untuk menjaga jarak dengan orang tua yang berperilaku buruk. Sebuah hubungan yang sehat dibangun di atas rasa hormat dan kepercayaan, dan hal itu mungkin sulit dicapai jika orang tuamu terus-menerus memperlakukanmu dengan buruk.
Pertanyaan refleksi: Batasan apa yang kamu butuhkan dengan orang tuamu?
Apa satu langkah yang dapat kamu ambil untuk menetapkan batas-batas itu?
3. Jangan mencoba mengubahnya
Mencoba mengubah orang yang tidak ingin berubah dapat membuat kamu frustrasi dan kewalahan. Sebaliknya, cobalah untuk fokus pada apa yang dapat kamu kendalikan, seperti bagaimana kamu menanggapi orang tuamu, pilihanmu, dan perilakumu.
Pertanyaan refleksi: Bagaimana kamu mencoba mengubah atau memperbaiki orang tuamu?
Bagaimana perasaan kamu ketika kamu tidak dapat mengubahnya? Berkenaan dengan hubunganmu dengan orang tuamu, apa yang ada dalam kendalimu?

4. Perhatikan apa yang kamu bagikan dengan mereka.
Kepercayaan adalah elemen penting dari hubungan yang sehat, jangan sembarangan mengumbar rahasia pribadi kepada orang yang belum terbukti dapat dipercaya. Kepercayaan adalah hal yang penting dalam menjalin hubungan yang sehat. Jadi, lebih baik berhati-hati dalam memilih orang yang layak dan pantas mendapatkan kepercayaanmu.
Orang tua kita mungkin termasuk dalam kategori ini jika mereka: bergosip tentangmu,
mengkritikmu dengan kasar, membagikan hal-hal tentangmu tanpa izin darimu, menggunakan apa yang kamu katakan kepada mereka untuk menyerangmu. Kamu tidak berkewajiban untuk memberi tahu mereka segala sesuatu (atau apa pun) yang terjadi dalam hidupmu atau menjawab pertanyaan mereka. Pertimbangkan untuk hanya berbagi apa yang terasa nyaman dan aman.
Pertanyaan refleksi: Apa yang terasa aman untuk dibagikan dengan orang tua Anda?
Apa yang tidak terasa aman untuk dibagikan?
5. Kita harus ingat keterbatasan orang tua kita.
Mungkin mereka pelupa, atau suka ngamuk, atau susah diatur setelah jam tertentu. Kita bisa coba nih buat merencanakan acara keluarga di pagi hari atau siang hari biar kita bisa hindari perilaku negatif dari mereka.
Tapi tetap inget ya, kita gak boleh terlalu mengorbankan hidup kita buat mereka. Kita bisa mengatasi keterbatasan orang tua kita kalau memang cocok buat kita. Misalnya kita nggak mau undang mereka ke pesta ulang tahun kita malam-malam biar gak ribut. Itu juga gak masalah. Yang penting kita bisa bahagia dengan keputusan kita sendiri.
Pertanyaan refleksi: Apakah kamu memiliki cara mengatasi keterbatasan orang tuamu?
Apakah kompromi ini sudah berhasil untukmu? Jika tidak, perubahan apa yang perlu kamu lakukan?
6. Buat strategi untuk keluar dari situasi toksik.
Ketika keadaan makin memburuk, anggap itu sebagai isyaratmu untuk pergi, menetap hanya dapat meningkatkan situasi buruk. Mungkin lebih aman untuk mengakhiri waktumu bersama ketika tanda-tanda masalah semakin sering muncul. Kamu ga harus bertahan hanya untuk bersikap sopan.
Pertanyaan refleksi: Bagaimana kamu bisa keluar dari situasi sulit dengan orang tuamu?
Apakah kamu, pasanganmu atau saudaramu memiliki sinyal untuk saling memberi tahu kapan saatnya untuk pergi? Jika tidak, apakah mereka dapat membantu?
7. Lebih baik tidak berusaha untuk bernegosiasi dengan orang yang berperilaku buruk.
Jangan terjebak dalam argumen yang kasar atau tidak sopan. Jika ada masalah yang penting bagimu, tunjukkan pendirian yang tegas tetapi mengakui bahwa mungkin orang tuamu tidak sepenuhnya memahami perspektifmu. Ingatlah bahwa kamu tidak perlu ikut terlibat dalam setiap argumen dan bisa memilih untuk menghindarinya.
Pertanyaan refleksi: Bagaimana kamu bisa menjaga diri sendiri atau melepaskan diri ketika orang tuamu tidak dapat melihat sudut pandangmu atau tidak tertarik dengan perspektifmu?

8. Kamu Gak harus selalu siap sedia buat ortu kamu, apalagi kalo perilakunya toksik.
Kalo memang bisa membantu mereka dengan hal yang baik dan dihargai, ya silakan. Tapi kamu gak wajib jadi supir, pembantu, tukang kebun, atau terapis mereka – apalagi kalo mereka selalu aja ngelakuin hal yang nggak enak buat kamu. Gak usah juga ngejagain mereka 24/7. Kalo kamu lagi sibuk atau nggak punya waktu, boleh kok nanti aja dijawab telepon atau SMS-nya.
Pertanyaan refleksi: Bagaimana orang tua kamu mengeksploitasi kebaikanmu dengan mengharapkanmu memenuhi tuntutan mereka 24/7?
Bagaimana rasanya mengenali bahwa kamu tidak harus melakukan sesuatu untuk mereka?
Bisakah kamu melepaskan rasa bersalah dengan mengingat bahwa kamu menetapkan batasan yang sehat dan menjaga diri sendiri?
9. Kamu nggak harus liburan sama ortu kamu kalo kamu nggak pengen.
Kamu juga berhak menikmati liburan sendiri atau bersama teman-teman kamu. Kadang ada tekanan buat ngikutin tradisi keluarga, tapi kalo itu bikin kamu ga nyaman atau bikin kamu nggak happy, nggak usah dipaksain. Mungkin kamu bisa mulai bikin tradisi liburan sendiri atau cari cara kreatif buat ngabisin liburan kamu. Misalnya merayakan Friendsgiving atau pergi liburan bareng temen kamu.
Pertanyaan refleksi: Tradisi liburan apa yang ingin Anda ubah atau hentikan karena menyebabkan stres atau konflik keluarga?
Bagaimana Anda bisa menciptakan liburan yang menyenangkan bagi Anda dan mencerminkan apa yang penting bagi Anda?
10. Jangan lupa jaga diri kamu ya!
Kalo berurusan sama ortu yang bikin kamu stres, itu bisa berdampak buruk buat kesehatan fisik dan mental kamu. Jadi, jangan lupa untuk memprioritaskan diri kamu sendiri. Mulai dari hal-hal dasar kayak: Makan makanan yang seimbang, tidur yang cukup dan berkualitas, olahraga secara teratur, bergaul dengan orang-orang yang positif, mengenali perasaan kamu dan menghadapinya dengan cara yang sehat, mencari dukungan dari orang lain.
Kalo kamu udah merasa siap, kamu bisa menetapkan batasan dan memilih cara lain buat merespon atau menghindari kalo ortu kamu bikin kamu stres lagi.
Pertanyaan refleksi: Bagaimana perasaanmu? Apa yang Anda butuhkan saat ini? Bagaimana Anda bisa memberi diri Anda lebih banyak dari apa yang Anda butuhkan?
Jadi, kalau kamu mau mengubah cara kamu berhubungan dengan orang tua yang toksik, awalnya bisa bikin kamu cemas, tapi kamu tetap bisa nyobain kok. Terkadang orang tua mungkin gak suka dengan perubahan yang kamu coba buat, tapi itu hal yang wajar. Walaupun prosesnya bisa susah dan bikin stres, menetapkan batasan dengan orang tua toksik bisa bantu membangun hubungan yang lebih sehat. Kamu bisa mulai melakukannya hari ini juga. Kalau kamu gak yakin apakah perilaku orang tua kamu termasuk toksik atau nggak, kamu bisa cari bantuan psikolog. Mereka bisa bantu kamu dapetin kejelasan dan membantumu menemukan cara yang dibutuhkan untuk ngatasin masalah ini. Ingat ya, kamu punya pilihan untuk menentukan bagaimana dan kapan kamu mau berhubungan dengan orang tua kamu. Kamu bisa pilih jenis hubungan yang kamu inginkan dengan mereka, yang terbaik buat kamu dan gaya hidupmu.