Ketika kita berpikir tentang hubungan percintaan dalam berpacaran maupun dalam rumah tangga HARUS sesuai dengan cara-cara yang anda yakini dan hubungan yang anda miliki tidak seperti itu, anda langsung merasa frustasi. Dan perasaan frustasi seringkali menjadi perusak sebuah hubungan, yang berhubungan dengan mitos yang sudah terlanjur anda percayai. Apakah mitos di bawah ini termasuk yang anda pegang teguh kebenarannya?
Mitos 1: Cemburu adalah tanda dari cinta sejati dan rasa sayang.
Fakta 1: Rasa cemburu menunjukkan seberapa baik perasaan aman dan kepercayaan diri seseorang dengan hubungan yang mereka miliki. Sebagai contoh, jika anda memiliki pasangan yang pencemburu, anda mungkin akan berusaha menunjukkan seberapa besar anda menyayangi mereka sehingga mereka tidak akan merasa cemburu lagi. Hingga akhirnya anda tersadar bahwa seberapa besar anda menunjukkan rasa sayang anda ternyata tidak dapat menyembuhkan kecemburuan yang mereka miliki. Ketika anda memberikan dukungan pada pasangan, pasangan anda juga harus berusaha membenahi isu ketidakamanan diri dan kepercayaan diri mereka sendiri.
Berusaha membuat pasangan kita cemburu juga dapat menjadi bumerang untuk kita. Ketika laki-laki dan perempuan merasakan kecemburuan, reaksinya berbeda. Laki-laki dapat mejadi sangat defensif atau marah hingga percaya hubungan mereka tidak berarti. Pada perempuan, respon yang muncul adalah berusaha berlebihan untuk memperbaiki hubungan atau diri mereka sendiri.
Mitos 2: Memukul atau menghina pasangan adalah hal yang wajar dilakukan karena itu cara pasangan menunjukkan rasa sayang ataupun mungkin mereka sedang lelah.
Fakta 2: Marah secara berlebihan dengan menghina menggunakan nada merendahkan hingga memukul bukanlah hal yang sehat dalam suatu hubungan berpasangan. Rasa kecewa ataupun marah pada pasangan adalah hal yang wajar selama dapat disampaikan dengan cara yang asertif tanpa kemarahan meluap-luap. Namun, jika kemarahan besar yang muncul, malah akan dapat memunculkan rasa sakit hati dan dendam terhadap pasangan hingga dapat memunculkan masalah baru.
Mitos 3: Lebih baik diam saja daripada memberikan masukan atau pandangan pada pasangan jika akhirnya hanya akan bertengkar.
Fakta 3: Hal yang merusak suatu hubungan bukanlah ada tidaknya pertengkaran. Pertengkaran bisa menyehatkan dan dapat menjadi bentuk penting dari komunikasi untuk membenahi permasalahan. Cara bagaimana pertengkaran terjadi memang memiliki peran, tidak heran jika pertengkaran yang sinis, menghina dan merendahkan hingga tidak berbicara berhari-hari malah dapat merusak suatu hubungan.
Mempelajari konflik yang produktif adalah cara yang dapat membantu pasangan menyelesaikan pertengkaran dengan pembuatan resolusi bersama untuk mengelola perselisihan dan membuat langkah preventif agar masalah yang sama tidak muncul lagi dikemudian hari.

Mitos 4: Memiliki anak akan menguatkan hubungan ataupun pernikahan.
Fakta 4: Memiliki anak adalah pengalaman mengagumkan yang dapat merubah berbagai aspek dari kehidupan kita. Namun jika masalah dalam hubungan anda sudah ada, anda harus menghadapi masalah tersebut secara langsung dan tidak mengharapkan seorang bayi dapat menyelesaikan masalahnya untuk anda.
Kepuasan dalam kehidupan pernikahan hampir selalu menurun setelah kelahiran anak pertama, perhatikan betul saat anda membuat perencanaan berkeluarga. Namun bukan berarti pula bahwa anda dan pasangan akan kurang saling mencintai atau ikatan perasaan terhadap pasangan berkurang karena harus diberikan pada anak.
Mitos 5: Menjalani terapi atau konseling pasangan adalah tanda hubungan anda dalam masalah besar yang sudah sulit dibenahi.
Fakta 5: Ketika anda berkeinginan menjalani konseling pasangan seringkali hubungan anda memang sedang perlu dibenahi tetapi merubah pola pikir adalah kunci utamanya. Kebanyakan pasangan baru menjalani terapi ketika mereka sudah sangat menderita dalam waktu yang lama dalam suatu hubungan. Ketika elemen kebaikan dalam hubungan mereka sudah hancur parah.
Masih jarang sekali pasangan yang menjalani konseling pasangan melihat terapi sebagai cara pencegahan kehancuran. Pada tahap ini, pasangan baru bermasalah dalam beberapa konflik dalam beberapa bulan namun kesulitan menemukan cara efektif menyelesaikan masalah bersama. Bukan setelah 5-10 tahun lebih menjalani konflik yang sudah parah sekali.
Apakah ada pertanyaan mengenai keyakinan anda yang lain yang anda ragukan kebenarannya mengenai kehidupan berpasangan? Silahkan kirimkan melalui email kami ya!