Mbak Anindya, nanya dong, bedanya apa ya Transseksual dengan Transgender?
Beda ga mbak dengan Interseks atau apa ada yang lain mbak?
Bagian dari kelainan jiwa ga?
(Susan, 20 tahun, mahasiswi)

Hello Susan,
1. Bedanya apa ya Transseksual dengan Transgender?
Secara umum Transgender merupakan istilah yang memayungi Transseksual, Interseks serta pilihan gender lain yang tidak umum dengan peran yang ada di masyarakat. Seorang Transgender merasakan ketidaknyamanan antara konsep diri internal gender mereka dengan peran gender yang terberi di masyarakat. Sebagai contoh ketika seseorang lahir dengan jenis kelamin laki-laki namun tidak merasa maskulin dan lebih merasa teridentifikasi dengan feminitas.
Orang-orang Transgender yang merasakan perbedaan yang sangat kuat, dapat mengidentifikasi diri mereka menjadi Transseksual. Perbedaannya dengan Transgender adalah seorang Transgender mungkin menginginkan untuk merubah identitas gender mereka tetapi belum tentu ingin merubah anatomi jenis kelamin mereka. Transseksual merasakan jenis kelamin yang terberi ketika lahir, tidak sesuai dengan identitas jenis kelamin yang mereka rasakan hingga ingin mengubah kondisi anatomi mereka sesuai identitas gender yang mereka rasakan.
Keinginan yang mendalam pada Transseksual untuk mengubah anatomi diri sesuai dengan identitas gender yang mereka yakini, dapat dilakukan dengan dua metode yang paling umum yaitu dengan sex reassignment therapy (semacam terapi hormon) dan atau melakukan sex reassignment surgery (operasi perubahan jenis kelamin). Male-to-female (MtF) berarti laki-laki menjadi perempuan; kondisi seseorang yang terlahir berjenis kelamin laki-laki menemukan identitas sejati mereka sebagai perempuan hingga bertransisi menjadi perempuan. Sedangkan, Female-to-male (FtM) berarti perempuan menjadi laki-laki; terlahir berjenis kelamin perempuan menemukan identitas sejatinya sebagai laki-laki hingga kemudian bertransisi menjadi laki-laki. Namun tidak semua Transseksual berkeinginan melakukan dua metode diatas. Ada yang hanya melakukan perubahan melalui tampilan fisik dan cara berpakaian.
2. Beda ga Mbak dengan Interseks atau apa ada yang lain mbak?
Interseks lahir dengan anatomi seksual yang ambigu, sehingga kurang tepat mendefinisikan mereka sebagai “laki-laki” atau “perempuan”. Peneliti memperkirakan 1.7% kelahiran di dunia ini adalah Interseks. Banyak dokter akan memilihkan jenis kelamin bagi Interseks ketika mereka lahir. Namun ada juga orangtua yang memilih untuk membesarkan anak mereka dengan gender netral sampai anak memilih sendiri. Ada juga individu yang tidak menyadari jika mereka adalah Interseks hingga mereka dewasa.
Ada juga yang mengidentifikasi diri sebagai Gender Variant/ Gender Nonconformity/ Gender Fluid yaitu perilaku atau ekspresi gender yang tidak masuk dalam norma maskulin ataupun feminin dalam masyarakat. Mereka tidak merasakan kesesuaian dengan norma sosial yang meletakkan gender secara binari (laki laki atau perempuan) ataupun stereotipi yang diasosiasikan dengan masing-masing gender.
3. Bagian dari kelainan jiwa ga mbak?
Dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition, atau yang biasa disebut DSM-5 (buku pedoman yang digunakan psikolog dan psikiater di dunia sebagai panduan untuk mendiagnosa gangguan mental), jika ada keraguan mendasar mengenai identitas gender diri sendiri serta ketidaknyamanan, ketidakpuasan dengan jenis kelamin biologis, seseorang dapat mengalami Gender Dysphoria. Untuk mendiagnosa seseorang mengalami Gender Dysphoria lebih baik dilakukan oleh psikolog melalui Gender Identity Counseling. Ditambah lagi, kondisi yang tidak terdiagnosa ataupun tidak tertangani, dapat merugikan kesehatan mental seseorang. Mereka dapat mengalami kecemasan ekstrim, depresi, melarikan diri pada narkoba, keinginan bunuh diri dan keresahan ekstrim secara terus-menerus.
Penting untuk diketahui, ketika seseorang sudah mendefinisikan dirinya sebagai Transgender, atau sudah membuat pilihan identitas gender bagi dirinya sendiri (laki-laki, perempuan, transgender, lesbian, gay, gender variant, dsb) seseorang tidak dapat dikatakan mengalami Gender Dysphoria. Seseorang yang dapat berproses dengan baik terhadap identitas gender mereka adalah tanda dari berkembangnya kedewasaan dan kebijaksanaan diri. Jadi, Transgender bukanlah kelainan jiwa.
Namun, sangat memungkinkan seorang Transgender yang sudah membuat pilihan identitas gender, dapat atau masih mengalami kecemasan, stress dan gejala gangguan psikologis lainnya. Hal ini berdampak dari tekanan lingkungan sosial sekitar kita yang memaksakan mereka untuk mengikuti “norma yang benar” sesuai masyarakat kebanyakan. Kondisi ini dapat dipahami melalui penguatan dalam Gender Role Counseling. Oleh karena itu, janganlah kita mudah menstigma pilihan hidup seseorang.