Kak Anindya, aku tuh sering bertanya pada diri sendiri, “Kapan ya akan cukup?” Aku juga suka bertanya-tanya sama diri sendiri, “Bagaimana saya tahu apakah saya benar-benar bahagia atau hanya berusaha mengisi rasa kesepian aja ya?” Atau kalo dikerjaan, aku tuh rela lembur biar minimal kesalahan atau waktu kuliah dulu, terus merasa kurang bagus, udah dapat nilai A aja masih suka terasa kurang bagus, sampe temen-temenku sebel. Keliatannya aku perfeksionis banget ya kak? Jadinya suka ngerasa cemas karena ngerasa kurang terus. Gimana ngatasinnya ya kak?
(Rosa, 26 tahun, pegawai swasta)
Hai Rosa, mungkin kamu sering mendapati dirimu terus berjuang untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Mungkin ingin lebih banyak barang, lebih cantik, lebih cerdas, lebih banyak dipuji dan seterusnya. Tetapi tidak peduli berapa banyak yang kamu dapatkan, kamu tidak pernah tahu apakah apa yang kamu inginkan akan membantumu menjadi diri terbaik bagi dirimu sendiri atau hanya mendorongmu hingga lebih jauh ke jalan ketidakpuasan yang tidak ada akhirnya. Kondisi perfeksionisme pada seseorang sangat berperan ketika membuat keputusan, bekerja, atau berinteraksi dengan orang lain.
Seperti itulah perasaan yang kamu rasakan ketika kamu mengharapkan hal-hal yang tidak pernah kamu harapkan dari orang lain. Hal ini membuatmu bekerja sampai habis-habisan dengan harapan bahwa kamu akan merasa utuh, lengkap, layak. Ini artinya mendasarkan harga dirimu pada pencapaian eksternal, merasa seperti kamu harus selalu membuktikan dirimu sepanjang waktu. Hal ini bisa memburuk pada menumpuknya emosi rasa bersalah, kejenuhan, dan kebencian pada diri sendiri.

Perfeksionisme hidup dan bernafas dalam ketakutan ketika membuat kesalahan. Ketika kamu takut dengan apa yang mungkin terjadi dan salah ketika tidak membuat pilihan terbaik. Membiarkan perfeksionisme untuk memegang kendali adalah seperti berada di roda hamster. Merasa dan berpikir dengan cara ini sebenarnya umum sekali, karena budaya kita menempatkan banyak tekanan pada kita untuk menjadi sempurna. Kita dibuat merasa seolah-olah ada yang salah dengan diri kita jika masih lajang pada usia tertentu, merasa tidak memiliki gaji besar, tidak memiliki anak, tidak memiliki pengikut media sosial yang banyak, atau apapun yang menjadi patokan kita. Di tengah semua tekanan itu, kita menjadi mudah melupakan semua hal-hal unik dan menarik tentang diri kita.
Beberapa klien saya merasa frustrasi karena tidak peduli seberapa keras mereka mencoba, mereka masih merasa yang mereka lakukan tidak cukup baik. Bahkan setelah semua keberhasilan eksternal yang mereka capai, mereka masih tidak bahagia, dan mereka tidak yakin mengapa. Apa yang saya temukan adalah tujuan mereka seringkali tidak pernah datang dari diri mereka sendiri. Ketika kamu tidak pernah merasa cukup baik di mata orang lain, aka sulit pula untuk mengetahui apa yang benar-benar kamu inginkan, yang sebenarnya menjadi tujuan yang sesungguhnya.
Perfeksionisme akan terus menetap ketika dirimu mencari orang lain untuk memberimu nilai. Sebenarnya itu menipu, karena orang lain tidak bisa membuat dirimu merasa cukup; itu keputusan yang harus kamu buat sendiri. Apa yang cukup dan tidak cukup, akan lebih efektif ketika ditentukan oleh nilai-nilai batinmu sendiri.
Coba cekidot cara melepaskan perfeksionisme dan memiliki kesadaran diri yang kuat:
Mulailah membuat keputusan sendiri. Kamu tidak perlu berbagi setiap masalah yang kamu hadapi dengan semua orang dalam hidupmu. Saat kamu lebih sadar akan apa yang kamu inginkan, kamu akan mulai mengetahui langkah selanjutnya dalam hidupmu, dan akan mengenali bahwa tidak ada orang lain yang memiliki jawabannya. Orang yang tidak merasa cukup baik seringkali mencari orang lain untuk membuat keputusan bagi mereka.
Ubah pola pikirmu. Pola pikir kita mengandung gagasan dan pandangan kita tentang kehidupan, yang berasal dari pengalaman dan persepsi kita sebelumnya tentang dunia. Bagaimana kita melihat dunia mempengaruhi pengalaman kita di dalamnya. Persepsi kita menjadi realitas kita. Menciptakan pola pikir yang tidak dipenuhi harapan yang tidak realistis akan membantumu menumbuhkan rasa nyaman dengan diri sendiri.

Ayo belajar untuk mandiri. Manusia tidak dilahirkan dengan kemandirian, kita semua mendapatkannya melalui cobaan dan kesalahan saat mencoba membuat keputusan sendiri dan melangkah maju dengan keputusan tersebut. Orang yang bertindak dengan kemandirian akan merasa lebih bisa mengendalikan diri mereka. Ketika apa yang kamu lakukan sejalan dengan apa yang kamu percayai, harga diri dan kebahagiaan akan tumbuh. Menjadi mandiri berarti melakukan hal-hal untuk diri sendiri. Kamu akan semakin percaya diri dan semakin tidak terdorong untuk menjadi sempurna sepanjang waktu.
Belajar untuk melepaskan. Cobalah untuk melepaskan apa pun yang menghalangimu untuk menerima siapa diri kita sesungguhnya. Kamu akan dapat menyadari bahwa kamu bukan orang lain yang memberitahumu atau mendiktemu. Biasanya ide-ide negatif tentang diri kita dan ucapan, kritikan diri yang menyakitkan yang menghalangi siapa yang benar-benar kita inginkan dan mendorong kita untuk tidak pernah melakukan kesalahan.

Bukalah jalan untuk menerima diri sendiri. Meyakinkan dirimu sendiri tentang betapa sulitnya melakukan yang terbaik, dan terus mengulangi kepada diri sendiri, tidak akan membimbingmu untuk mencapainya. Penting bagimu untuk mengingat bahwa kamu cukup.
Berdamai dengan “sekarang” sebelum Anda merasa puas dengan “nanti.” Kita tidak bisa benar-benar puas dengan ke mana kita akan pergi sampai kita dapat menerima, mengakui, dan menghargai di mana kita berada saat ini. Berdamailah dengan kondisimu saat ini dan perjalananmu menuju sesuatu yang baru akan terasa jauh lebih damai. Hal ini akan lebih baik karena kamu akan terfokus pada kemajuan daripada kesempurnaan dan pada seberapa jauh kamu telah berjalan, bukan seberapa jauh kamu harus pergi.

Salah satu dorongan terbesar menuju perfeksionisme adalah kebutuhan untuk selalu “melakukan yang benar.” Banyak orang berusaha untuk kesempurnaan dan kesuksesan besar, ketika gagal, mereka merasa tidak berharga. Tampaknya banyak yang tidak kita sadari adalah bekerjalah menuju tujuan batin kita, dan bersedia untuk terus mencoba adalah pencapaian penting dalam diri kita sendiri. Beri dirimu pujian yang pantas karena telah mencoba dan berusaha. Jika saran diatas masih terasa sulit dan membingungkan, tak ada salahnya jika kamu berkonsultasi secara langsung dengan psikolog.