Mbak Anindya, saya baru beberapa bulan lalu pindah kerja di tempat baru. Ada hal yang masih mengganjal dalam diri saya walaupun saya sudah pindah kerja. Saya pindah karena saya merasa situasi tempat kerja saya sebelumnya makin tidak nyaman. Ada atasan saya dulu suka mengolok-olok sejawat saya terkadang saya juga kena. Terkadang saya tidak peduli dan diam saja, apa saya salah mbak? Apa yang sebenarnya terjadi mbak, koq ga nyamannya masih terbawa di tempat kerja baru padahal suasana kerjanya lebih menyenangkan daripada dahulu? Bagaimana mbak supaya tidak terulang lagi ya?
(Ryan, 27 tahun, pegawai swasta)
Hai, Ryan
saya rasa yang anda alami adalah Workplace Bullying, sebenarnya seperti apa Workplace Bullying itu? Workplace Bullying biasanya berupa penganiayaan terulang pada satu atau lebih target/korban oleh satu atau lebih pelaku melakukan ancaman, membuat malu, mengintimidasi, menyabotase pekerjaan hingga sulit diselesaikan korban serta pelecehan secara verbal paling tidak selama 6 bulan dilakukan berulangkali.

Apakah anda korban Workplace Bullying ?
Siapa saja bisa menjadi korban, pelaku maupun saksi diam (bystander). Bahkan tidak sedikit klien saya yang mengalaminya. Salah satunya, memiliki pelaku utama yaitu supervisornya. Si supervisor ini bahkan membuat “geng/komplotan” yang membantunya membuat taktik untuk digunakan pada bawahannya termasuk klien saya ini. Efek yang dialami korban bisa beragam, antara lain ketakutan dan kecemasan berkepanjangan, depresi bahkan hingga mengalami post-traumatic stress disorder yang dapat membawa seseorang mengalami masalah psikologis dan sakit secara fisik. Hal ini sering berakibat seringnya absen hingga tingginya tingkat berhenti karyawan secara sukarela.
Apakah anda pelaku Workplace Bullying ?
Taktik-taktik ini sering digunakan oleh anda yang menjadikan orang lain korban Workplace Bullying:
- Ancaman: Hal ini paling umum dilakukan pelaku dengan marah bahkan ada yang meneriaki, mengancam pegawai dengan ancaman status karir pegawai tersebut, ancaman dipecat, dll.
- Mendiamkan: Seringkali pelaku dan “geng/komplotan”nya akan memboikot korban hingga betul-betul mengabaikan korban. Pelaku akan berhenti berbicara ketika korban memasuki ruangan atau tetap berbicara, cekikikan namun sambil berbisik dengan “geng/komplotan”nya sambil melihat ke arah korban. Mirip yang dilakukan pelaku bullying di sekolah.
- Gosip: Pelaku senang untuk menyebarkan kebohongan dan gosip mengenai korban mereka. Hal ini dapat mereka lakukan dengan kejam. Walaupun gosip yang beredar tidak benar, gosip tersebut dapat merambat dalam organisasi bahkan hingga mencoreng nama baik korban. Ada kasus-kasus yang membahayakan ketika korban melawan balik, yang terjadi malah pelaku membeberkan gosip bahwa korban hanya “tukang mengeluh”, “bukan pekerja yang tangguh” atau “pegawai sakit jiwa”.
- Sabotase: Pelaku dapat juga menyabotase pekerjaan korban. Hal ini dilakukan sekaligus, misalnya dengan merusak atau mencuri hasil kerja pelaku atau dengan cara lebih halus, misalnya mengubah bahan presentasi atau menghilangkan halaman dari laporan korban.
- Cyberbullying: Menurut penelitian Universitas Sheffield dan Universitas Nottingham (2015), ada fenomena baru dalam Workplace Bullying yaitu perilaku bullying yang mempengaruhi korban dan saksi bisu melalui grup email ataupun pengumuman organisasi melalui web.

Apa anda saksi bisu / Bystander dari Workplace Bullying?
Hal yang umum terjadi di banyak kasus adalah atasan dan sejawat yang sering berdiam diri dan tidak mau tahu ketika Workplace Bullying terjadi. Survey psikologis mengindikasikan sekitar 37% pegawai sudah menjadi korban Workplace Bullying dan hanya sekitar 12% melaporkan bahwa mereka telah menyaksikan Workplace Bullying. Banyak pegawai mungkin sudah melihat terjadinya Workplace Bullying tetapi mereka tidak mengartikannya demikian. Misalnya mereka hanya merasa bahwa atasan mereka “hanya menggoda saja”.
Psikologi Sosial menamakan kondisi ini dengan Bystander Effect (saksi bisu); kondisi ketika seseorang membutuhkan pertolongan namun saksi mata hanya berdiam diri melihatnya. Bahkan ada juga yang masa bodoh, yang disebut dengan Diffusion of Responsibility: membiarkan saja hal buruk terjadi; karena bukan tanggung jawab saya, mungkin orang lain sajalah yang menolong.

Bagaimana menghindari Workplace Bullying?
Kondisi di tempat kerja sebelumnya dapat menjadi pelajaran berharga bagi pegawai yang pernah menjadi korban ataupun saksi bisu ketika memilih untuk mencari tempat kerja baru. Mungkin beberapa hal ini dapat dijadikan penanda calon tempat kerja baru anda tidak mentoleransi Workplace Bullying:
Perhatikan nilai-nilai yang dimiliki perusahaan:
- Jika visi dan misi organisasi mereka tertuju hanya pada direksi dan pemegang saham dan tidak pada pegawai, konsumen; maka perusahaan tersebut merupakan tempat kerja yang kompetitif yang terfokus hanya pada lini bawah organisasi. Akan penuh dengan intrik politik organisasi dan Workplace Bullying sangat memungkinkan terjadi.
- Perhatikan apakah perusahaan memiliki agenda dalam manajemen mereka serta prosedur untuk menginvestigasi kondisi Workplace Bullying yang mungkin terjadi.
- Kondisi perusahaan yang penuh birokrasi seringkali tidak empati maupun responsif terhadap masalah yang dialami pegawai secara personal. Organisasi seperti ini adalah kondisi tempat kerja yang paling tidak kondusif. Mereka hanya memberikan ilusi kesejahteraan pegawai pada kenyataannya sering masalah kerja dibiarkan berlalu saja.
- Perhatikan apakah perusahaan tersebut sangat sering mengalami pergantian pegawai, tingkat absen pegawai tinggi serta moral pegawai yang rendah. Bisa saja anda mudah mendapatkan pekerjaan di tempat baru karena kondisi perusahaan yang anda lamar memang sering melakukan pergantian pegawai.

Bagaimana menghadapi Workplace Bullying secara personal?
Jika anda mengalami ataupun melihat berlangsungnya kondisi Workplace Bullying, dan anda ingin berbuat sesuatu, perhatikan hal-hal ini:
- Pahami betul hak anda sebagai pegawai dan pahami tugas HR perusahaan tempat anda bekerja.
- Simpan jurnal mengenai kondisi-kondisi yang menampilkan Workplace Bullying yang berhubungan dengan anda serta sejawat yang menjadi korban.
- Cari dukungan psikolog yang dapat membantu anda mempersiapkan diri menghadapi Workplace Bullying dan dapat memberikan advokasi bersama anda ketika harus menghadapi tim Workplace Bullying yang mungkin berkomplot ketika menghadapi anda.
- Buat batasan kondisi anti-bullying bagi diri anda sendiri dengan tidak sembarangan memberikan informasi pribadi, fokus pada pekerjaan dan tidak berpartisipasi pada gosip kantor. Proyeksikan diri anda sebagai pribadi yang percaya diri dan asertif.
- Pelaku Workplace Bullying lebih senang menjadikan seseorang korban yang mereka anggap lemah.
Kapan organisasi dapat bertindak?
Hal ini memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan. Merubah budaya organisasi atau perusahaan menjadi kunci utama untuk menurunkan hingga menghilangkan Workplace Bullying. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk merubah budaya buruk dalam organisasi adalah meningkatkan dan membenahi jiwa Kepemimpinan dalam organisasi (Organizational Leadership). Namun, hal ini sulit untuk dilakukan seorang diri tanpa kerjasama nyata bersama perusahaan.
Ingin memahami lebih lanjut mengenai Workplace Bullying, kirimkan pertanyaan anda pada kami. Anda juga dapat melihat film interaktif berikut ini: WHAT KILLED KEVIN yang dapat anda jadikan bahan renungan bagi kehidupan kerja anda. Selamat bekerja!