Ketika kita membangun citra tubuh (body image) kita ke arah positif, penting untuk melihat dan menilai kembali lingkungan sekitar kita. Lingkungan kita menyumbangkan pemahaman bagaimana perasaan kita tentang tubuh kita dan diri kita sendiri. Pastinya banyak dari kalian yang menyadari kalo sosial media sudah menjadi bagian dari lingkungan kehidupan kita. Jadi, pastinya penting untuk mempertimbangkan peran yang diberikan sosial media pada body image-mu. Apakah berkontribusi positif terhadap perasaanmu tentang tubuhmu? dan dirimu sendiri? Atau berkontribusi negatif? Netral? Tidak yakin? Coba deh luangkan waktu untuk melihat hubungan ini.

Coba amati saja. Situs media sosial apa yang paling sering kamu kunjungi? Mengapa? Bagaimana perasaanmu saat berada di situs tersebut? Bagaimana perasaanmu setelahnya? Bisa aja sih media sosial tidak terlalu mempengaruhi perasaanmu tentang tubuhmu, tapi coba deh perhatikan bahwa kamu mungkin sudah menghabiskan terlalu banyak waktu menjelajahi sosial media. Waktu yang sebenarnya bisa lebih baik digunakan untuk merawat diri atau memperhatikan kebutuhan fisik dan mental kita sendiri.

Seseorang bisa saja terlibat dalam obyektifikasi diri (dalam psikologi, istilah ini merujuk pada kecenderungan untuk memperlakukan diri sendiri juga orang lain bukan sebagai manusia dengan perasaan dan pikiran, tetapi hanya makhluk fisik), termasuk cara mereka menggambarkan diri mereka sendiri di internet. Di media sosial, sebenarnya kita sering melihat orang lain mengomentari kualitas penampilan, daya tarik, pakaian, dan rias wajah. Semua ini memperkuat kondisi evaluatif media sosial. Orang-orang di jejaring sosial bisa mendukung dan bereaksi positif terhadap pengguna sosial media lainnya. Pada kenyataannya, media sosial juga dapat menjadi keras, kasar dan menghakimi.

Kamu bisa menggunakan sosial media untuk menumbuhkan citra tubuh (body image) yang positif tentang dirimu sendiri. Sebagai cara menuju hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri. Misalnya, kamu dapat memposting kutipan positif di Twitter, membagikan video atau foto cara-cara merawat diri, menautkan tips yang baik untuk citra tubuh yang lebih baik. Bahkan kamu juga bisa mempertanyakan standar kecantikan konyol budaya kita. Tentu saja dengan cara yang sopan dan cerdas tanpa perlu menghardik. Kamu juga bisa membagikan kisah pribadimu (hanya jika kamu benar-benar nyaman, tentu saja) untuk menginspirasi orang lain.
Bisa saja seseorang menggunakan sosial media sebagai bagian dari perawatan diri sendiri. Mereka membagikan video atau foto cara-cara merawat diri. Namun, tetap penting untuk dipertimbangkan: Bagaimana kamu menggunakan sosial media? Sebagai alat untuk berhubungan dengan teman atau orang baru? Untuk membandingkan diri dengan orang lain secara terus menerus? Mengisi waktu luang?

Sebenarnya bukan hanya perempuan yang menjadi sasaran obyektifikasi diri, tetapi kemungkinannya perempuan jauh lebih terpengaruh daripada pria. Memikirkan orang di balik video dan foto yang ditampilkan seseorang secara online, dapat membantumu berhubungan lebih baik dengan kemanusiaan orang tersebut. Tentu saja, dengan diri kamu sendiri juga.
Jadi sudah sehatkah caramu menggunakan sosial media? Lakukan apa yang terasa paling berguna, bermanfaat, dan positif. Bagaimana pengaruhnya terhadap body image-mu? Apakah kamu sudah menggunakannya untuk membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri maupun orang lain?