Sebagian besar dari kita telah mendengarnya. Kita semua prihatin tentang hal itu. Namun tidak banyak dari kita yang mengetahui fakta tentangnya. Cyberbullying telah menjadi perhatian baru-baru ini dan meningkat bagi orang tua, komunitas, dan profesional kesehatan dan pendidikan.

Sebagian besar, kita mempelajari apa yang kita ketahui tentang cyberbullying dari sumber berita. Dengan cerita yang mengaitkan cyberbullying dengan bunuh diri, sekolah memantau umpan media sosial, dan artikel yang memperingatkan kita tentang bahaya internet, tidak mengherankan jika kita semua sangat prihatin. Selain itu, banyak dari kita yang bingung tentang apa artinya semua itu dan bagaimana seharusnya mendidik remaja tentang cyberbullying. Pada akhirnya, kita merasa bahwa semua remaja berisiko tinggi mengalami cyberbullying; jadi dalam hal membantu mencegahnya, kebanyakan dari kita tidak tahu banyak tentang di mana, kapan, dan siapa yang merupakan bagian dari cyberbullying.
Untuk mengatasi ini, saya ingin berbicara tentang hal-hal yang umumnya dianggap sebagai ‘kebenaran’ dan apakah mereka benar-benar didukung oleh penelitian atau tidak:

Mitos 1: Remaja lebih mungkin diintimidasi secara online daripada secara langsung.
Fakta: Sebenarnya, data yang kita temukan secara konsisten menunjukkan bahwa anak muda lebih cenderung diintimidasi secara langsung daripada online. Bahkan, intimidasi tatap muka hampir dua kali lebih umum dari intimidasi internet.
Mitos 2: Cyberbullying hanya terjadi di situs media sosial.
Fakta: Penindasan terjadi di situs media sosial, dan juga dimana pun remaja berkomunikasi: Whatsapp Grup, Instagram, sosial medua lain maupun email.
Mitos 3: Anak muda yang sering online adalah orang yang paling sering diintimidasi.
Fakta: Sebagian besar remaja (sekitar enam dari setiap tujuh remaja) menjelajahi Internet tanpa diintimidasi.Ada beberapa karakteristik yang tampaknya membedakan remaja yang kemungkinan besar di-bully secara online daripada mereka yang tidak. Yang penting: Kami menemukan bahwa kaum muda yang menindas orang lain secara online, serta mereka yang diintimidasi secara offline, lebih cenderung menjadi sasaran secara online.

Mitos 4: Anonimitas adalah fitur baru dari intimidasi yang diperkenalkan oleh Internet.
Faktanya: Memang benar bahwa lebih banyak remaja dan dewasa yang mengetahui siapa pelaku intimidasi mereka secara langsung, namun tidak selalu. Ada juga remaja yang diintimidasi di sekolah secara langsung, tidak mengetahui siapa pelaku intimidasi mereka. Hal ini terjadi karena penyebaran desas-desus yang tidak ketahuan siapa yang memulainya; atau ada orang mencoret-coret sesuatu di dinding kamar mandi dan korban tidak tahu siapa itu dan berbagai macam lagi bentuknya.
Mitos 5: Cyberbullying menyebabkan keinginan untuk bunuh diri.
Faktanya: Masih memerlukan waktu pembuktian, karena masih memerlukan hasil penelitian dan masih ada yang sedang berlangsung. Meskipun demikian, literatur terkini menunjukkan bahwa hubungan antara intimidasi dan keinginan bunuh diri dalam banyak kasus dijelaskan oleh hal-hal lain yang terjadi dalam kehidupan remaja, seperti adanya depresi dari pengalaman cyberbullying.

Cyberbullying merupakan pengalaman kompleks yang mungkin berpotensi memengaruhi perkembangan remaja ke arah negatif maupun positif. Anda dapat menjadi bagian dari penghentian cyberbullying dengan tetap mendapatkan informasi yang benar, mencari bantuan, tidak ambil serta dalam tindakan cyberbullying dan mengedukasi orang lain tentang apa yang benar dan tidak terkait dengan cyberbullying.