Kak Anindya, saya mau tanya, saya ini orangnya sulit sekali dengan yang namanya hal baru. Dari model dan warna baju yang itu-itu saja, potong rambut pun saya tidak pernah berubah. Saya juga lebih memilih lewat jalan yang sama yang saya tahu saja daripada melewati jalan lain yang mungkin lebih dekat. Susah banget deh kak, biarpun teman dekat atau orangtua saya memberi saran, tetap aja saya sulit menerimanya. Bagaimana ya kak mengatasi diri yang kaku banget? Bisa dibilang tidak fleksibel ya kak?
(Wanda, 25 tahun, mahasiswa)

Hai Wanda, berpikir fleksibel merupakan bagian penting dari kesehatan mental. Kondisi ini dapat membantu kesuksesan secara pribadi maupun dalam hubungan kita dengan orang lain. Kekakuan seringkali terjadi karena kekurangpahaman kita mengenai Fleksibilitas. Sebenarnya apa sih berpikir fleksibel? Yuk kita lihat:
Jika kamu seorang yang fleksibel, kamu akan mempertimbangkan berbagai kemungkinan konsekuensi tindakan kamu sendiri dan bukan hanya mempertimbangkan pandangan optimis atau hanya mempertimbangkan pandangan pesimis saja. Pemikir fleksibel juga akan mempertimbangkan penjelasan optimis dan pesimis untuk situasi dan kondisi orang lain juga. Seseorang yang benar-benar fleksibel bahkan dapat menyesuaikan kecenderungan umum mereka untuk menjadi positif atau negatif berdasarkan mana yang lebih membantu dalam situasi tertentu. Misalnya, jika kamu berada dalam situasi perlu untuk memberi dorongan pada diri sendiri, kita mungkin dapat merasa terbantu dengan membayangkan dahulu akan hasil yang optimis.

Penting juga agar kamu tidak menganggap bahwa cara kamu melihat sesuatu adalah cara yang sama orang lain memandangnya. Bila kamu dapat melihat bahwa orang lain melihat situasi dengan cara yang berbeda, hal ini dapat membantumu agar tidak membuat kesimpulan yang tidak akurat dan kita tidak akan mudah juga untuk menghakimi diri sendiri maupun orang lain. Seorang yang fleksibel juga dapat mengenali juga bahwa sebuah keyakinan tidak dapat berlaku sama dalam setiap situasi.
Seseorang yang fleksibel juga dapat melihat berbagai kemungkinan dan penjelasan yang dapat berkontribusi terhadap suatu perilaku buruk maupun baik. Hal yang sama juga berlaku saat kita mengevaluasi perilaku diri sendiri. Misalnya, apakah kamu makan terus karena kurang pengendalian diri atau karena kamu lagi lapar berat saja karena dari pagi belum makan?

Seseorang yang fleksibel tidak akan berasumsi bahwa apa yang mereka rasakan sekarang merupakan kondisi perasaan mereka saat ini. Misalnya, ketika kamu merasa terintimidasi saat kamu mencoba memahami isi kepala kamu mengenai hubunganmu dengan pasangan tapi sebenarnya kamu tahu mungkin kamu akan merasa lebih memahami situasimu dengan berjalannya waktu karena kamu akan mendapatkan lebih banyak pengalaman dengan situasi tersebut. Kamu juga bisa memikirkan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendekmu dengan situasi tersebut.

Perlu dipahami juga jika kamu merasa tidak yakin akan sesuatu, belum tentu akan selalu menjadi pertanda buruk. Merasa yakin tentang sesuatu juga bukan berarti kamu akan selalu benar. Seseorang yang fleksibel akan memahami hal tersebut. Mungkin kamu bisa lihat juga bagaimana cara memahami intuisi anda sendiri.
Jadi, dengan mencoba memahami bagaimana seseorang yang memiliki pemikiran fleksibel, mungkin kamu akan dapat memahami kekakuan cara berpikirmu saat ini. Semoga membantu ya. Jika masih ada yang kamu bingungkan, jangan segan hubungi kami.