Sebagai bagian dari proses saya yang terus menerus ingin melihat dampak teknologi pada kesehatan mental, saya melihat George Marsh Applied Cognition Lab membuat penelitian menarik mengenai cara seseorang mengatur komitmen terhadap sosial media dan faktor apa yang bisa memprediksi siapa yang menggunakan teknologi secara terus-menerus terutama penggunaan sosial media. Tingkatan usia peserta penelitian sangat luas, dari yang lahir tahun 1946-1999. Dalam penelitian ini, peserta penelitian ditanya apakah mereka memiliki akun sosial media di delapan situs termasuk Facebook, MySpace, Twitter, LinkedIn, Tumblr, Pinterest, Flickr dan Instagram.

Dalam hal orang yang mereka kenal secara online namun belum pernah bertemu secara langsung, tidak ada perbedaan antar generasi. Semua orang di Facebook tahu sebagian besar “teman mereka” dan memiliki sedikit teman yang hanya berinteraksi online secara teratur namun tidak pernah bertemu di dunia nyata.

Para peserta juga ditanya serangkaian pertanyaan mengenai tingkat kecemasan jika mereka tidak diizinkan untuk masuk ke sosial media. Hampir setengah dari peserta yang lahir tahun 1980-1999 mengatakan bahwa mereka akan merasa sangat cemas. Meskipun kegelisahan kehilangan media sosial tidak setinggi jika tidak memeriksa pesan elektronik, satu dari empat peserta yang lahir tahun 1990an dan satu dari lima peserta yang lahir tahun 1980an melaporkan bahwa mereka akan merasa sangat cemas jika mereka tidak diizinkan untuk masuk ke Facebook sesering yang mereka suka.

Intinya adalah kita menemukan diri kita menggunakan teknologi karena berbagai alasan mulai dari iseng, kegelisahan takut tertinggal, hingga kesenangan. Apa artinya semua ini? Dari penelitian ini, tampaknya orang menggunakan teknologi untuk mendapatkan kesenangan dan untuk menghindari kecemasan karena tidak mengetahui apa yang terjadi setiap saat di setiap platform komunikasi elektronik termasuk sosial media. Jika saya memperkirakan kontribusi terhadap perilaku kita, yang terasa seperti obsesi atau paksaan ya, keduanya dapat menyumbangkan kecemasan.

Pertanyaan saya kepada anda semua adalah seberapa besar anda merasa “check in” dengan sosial media karena ingin merasa senang dengan apa yang akan anda temukan di sana atau memastikan bahwa anda tidak kehilangan sesuatu yang penting terjadi karena tidak akan melewatinya? Katakanlah, jika usia anda di bawah 40 anda mungkin didorong oleh kegelisahan lebih dari sekedar kesenangan, terutama bila menyangkut sosial media. Itu masuk akal bagi saya karena dalam beberapa tahun terakhir kita telah pergi dari dunia nyata hanya dengan beberapa alat komunikasi elektronik (e-mail, panggilan telepon, pesan teks) membesar menjadi begitu banyaknya situs sosial media. Apalagi Facebook dan Twitter juga memiliki pengingat untuk check in.

Saat ini, tab Facebook saya menunjukkan bahwa saya memiliki enam tanda peringatan, pesan, komentar, atau apapun lah. dan Twitter feed saya, mengatakan kepada saya bahwa saya memiliki 128 tweets di antara lusinan peneliti yang saya ikuti … dan sekarang 130. Sekarang saya bisa menjadi benar-benar menjadi cemas. Bagaimana saya bisa mengikuti? Anda bisa mengikutinya? Sudah menjadi cemaskah? Lihat juga ya Depresi Karena Facebook? Mungkin Saja!