Ada saja loh orang yang memilih untuk bertahan dengan pasangannya meskipun mereka mengatakan bahwa mereka sangat tidak bahagia dalam hubungan tersebut. Mereka mungkin belum ataupun sudah menikah. Mengapa ya dalam kondisi tersebut, pasangan memilih tetap bersama? Ada beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan fenomena ini. Bagi beberapa orang, terutama mereka yang memiliki ketergantungan dengan pasangannya, mengakhiri sebuah hubungan – betapapun dibutuhkan dan tepat – hampir tidak mungkin untuk dilakukan. Alasan utama mengapa ada orang yang tetap memilih bersama; mereka membenarkannya dengan keyakinan seperti, “Kesengsaraan ini lebih baik, daripada kesengsaraan kalo saya sendirian.”

Ada saja loh orang yang memilih untuk bertahan dengan pasangannya meskipun mereka mengatakan bahwa mereka sangat tidak bahagia dalam hubungan tersebut. Mereka mungkin belum ataupun sudah menikah. Mengapa ya dalam kondisi tersebut, pasangan memilih tetap bersama?

Berikut adalah beberapa alasan lain yang sering disebutkan orang untuk menjelaskan mengapa mereka tetap menjalin hubungan meskipun mereka yakin itu adalah pilihan yang tidak bijaksana:

Melakukan perceraian mahal dan sangat menghabiskan waktu.
Banyak orang yang menganggap harus menghitung segala sesuatunya jika mereka ingin bercerai. Ini semua tentang uang: Jika dia memutuskan perceraian bisa dilakukan dengan harga terjangkau, dia mungkin akan meninggalkan pasangannya; Jika tidak, dia mungkin akan tinggal. Masalah keuangan adalah penyamaran untuk tetap bertahan. Hal ini harus dapat memotivasi anda dan pasangan untuk berpikir secara berbeda tentang bagaimana mengatasi masalah. Jika tidak, anda berdua akan terus terpuruk dalam ketidakbahagiaan emosional yang dapat membawa permasalahan baru.

Kita harus bertahan bersama demi anak-anak. Sebenarnya ini adalah kekhawatiran yang sangat wajar. Namun, seringkali para orangtua tidak menyadari jika anak-anak dapat merasakan dua orang yang tidak bahagia dan dapat terkena dampak yang lebih buruk daripada jika orangtuanya berpisah.

Kita harus bertahan bersama demi anak-anak.
Sebenarnya ini adalah kekhawatiran yang sangat wajar. Namun, seringkali para orangtua tidak menyadari jika anak-anak dapat merasakan dua orang yang tidak bahagia dan dapat terkena dampak yang lebih buruk daripada jika orangtuanya berpisah. Seringkali orangtua merasa tidak ada pilihan lain: Pasangan ini tinggal dalam konflik secara terus menerus dan anak-anak harus hidup dalam lingkungan yang sangat menyakitkan. Sama halnya dengan pernikahan yang tampaknya bebas konflik yang secara emosional datar tidak terlihat kebahagiaan dan tidak ada kasih sayang, anak dan remaja juga dapat merasakan getaran ketidakbahgiaan ini di rumah. Ada juga pasangan yang menggunakan kalimat “demi anak-anak” sebagai alasan untuk tidak berpisah saat faktor sebenarnya lebih berkaitan dengan kebutuhan dan ketakutan mereka sendiri.

Berpisah terlalu memalukan, dan saya benci mengakui kegagalan. Rasa malu yang terkait dengan kegagalan hubungan mungkin tidak dapat diterima oleh beberapa orang, terutama jika mereka dikelilingi oleh keluarga dan teman yang tampaknya berada dalam hubungan romantis yang sukses.

Hubungan kita “cukup baik koq” atau tidak cukup buruk untuk berpisah.
Banyak pasangan merasa bahwa meninggalkan sebuah hubungan adalah tindakan ekstrem dan harus dihindari dengan segala cara, jadi alasan untuk mengakhirinya mungkin tidak dapat ditolerir karena dianggap dapat menimbulkan penderitaan emosional dan / atau fisik. Jika pemikiran seperti ini sudah terjadi, berpisah mungkin merupakan satu-satunya alternatif untuk memungkinkan pemulihan kesehatan mental dan kehidupan yang masuk akal untuk dijalani. 

Berpisah terlalu memalukan, dan saya benci mengakui kegagalan.
Rasa malu yang terkait dengan kegagalan hubungan mungkin tidak dapat diterima oleh beberapa orang, terutama jika mereka dikelilingi oleh keluarga dan teman yang tampaknya berada dalam hubungan romantis yang sukses. Ada seorang klien saya, saat dia merujuk pada dirinya sendiri, berkonsultasi dengan saya setelah bercerai kesekian kalinya. Ketika dia mulai menyadari bahwa dia tidak pernah menceritakan tentang perkembangan terakhir ini dalam hidupnya selain dalam konseling, pemahaman situasinya mulai dapat berubah.

 

Sebenarnya tidak ada yang namanya hubungan yang sukses: ada banyak faktor dan kekuatan yang dimainkan dalam hubungan yang gagal dimana satu, atau keduanya, pasangan lebih memilih untuk berpisah, tapi tidak dapat atau tidak mau memisahkan diri. Ingat ya dampaknya bagi kesehatan mental anda.

Sebenarnya tidak ada yang namanya hubungan yang sukses. 
Ada klien saya mengatakan bahwa “hubungan yang sukses” adalah sebuah kesetiaan hingga kematian dan bahwa dia akan tetap dalam hubungannya – meskipun dia dan istrinya sangat menderita dan menjalani kehidupan yang benar-benar terpisah di rumah mereka. Sebenarnya ada banyak faktor dan kekuatan yang dimainkan dalam hubungan yang gagal dimana satu, atau keduanya, pasangan lebih memilih untuk berpisah, tapi tidak dapat atau tidak mau memisahkan diri. Ingat ya dampaknya bagi kesehatan mental anda.