Banyak orangtua bercerita kepada saya jika anak-anak sekarang mudah sekali menyerah jika tugas sekolah atau tugas rumahnya terasa sulit atau jika mereka harus berusaha agak keras. Tidak dipungkiri jam sekolah anak yang panjang di Indonesia ini dapat membuat anak merasa kelelahan. Kondisi ini memang dapat menyumbangkan ketidakinginan anak atau remaja untuk menjadi pantang menyerah. Namun, kita tidak bisa begitu saja menyalahkan pihak tertentu. Penelitian Psikologi oleh Brown University, menemukan tiga komponen gaya pengasuhan yang dapat mempengaruhi apakah anak-anak akan menyerah dari kesulitan.

Ayo bangun kebiasaan melalui aturan: anak-anak yang diberi rutinitas atau kerangka kerja terstruktur untuk kegiatan seperti pekerjaan rumah dapat mengungguli teman-teman mereka. Anak-anak ini tidak diijinkan, misalnya, untuk menggunakan telepon pada saat belajar.

Mungkin penemuan mereka bisa membantu kita meningkatkan generasi yang pantang menyerah, lihat yuk caranya:
Ayo 
bangun kebiasaan melalui aturan.
Anak-anak yang diberi rutinitas atau kerangka kerja terstruktur untuk kegiatan seperti pekerjaan rumah dapat mengungguli teman-teman mereka. Anak-anak ini tidak diijinkan, misalnya, untuk menggunakan telepon pada saat belajar. Mereka mencurahkan jumlah waktu yang sama setiap hari untuk urusan akademis, anak-anak ini belajar bekerja lebih efisien. Penelitian ini menunjukkan bahwa batas yang diberlakukan secara konsisten membantu menciptakan perasaan nyaman dan fokus pada anak-anak.

Memaksa anak melakukan sesuatu tanpa memberi mereka kesempatan untuk menginternalisasi pilihan mereka pada dasarnya tidak akan berguna. Hal itu bisa membuat orang tua merasa lebih baik, namun memiliki korelasi negatif dengan pembelajaran dan kesuksesan anak. Orang tua yang menggunakan metode pemberdayaan tidak akan takut membiarkan anak mereka melakukan kesalahan, karena mereka mengerti bahwa inilah cara kita sebagai manusia belajar.

Memberdayakan anak melalui pilihan.
Sangat sulit memang untuk membiarkan anak kita melakukan sesuatu yang kita yakini akan menyebabkan ketidaknyamanan, kerugian atau rasa malu yang tidak perlu. Bayangkan jika hari ini hujan dan pilihannya adalah antara mengenakan jas hujan atau basah. Namun anak kita tetap bersikeras bahwa jas hujan mereka jelek atau tidak nyaman dan mungkin untuk alasan yang tampaknya aneh, mereka menolak untuk memakainya. Metode pengasuhan tradisional akan menunjukkan bahwa orang tua akan bersikeras bahwa anak mereka memakai jas hujan. Anehnya, membiarkan anak membuat pilihan (dalam skenario ini pilihannya akan “basah” atau “jelek”) akan meningkatkan kemungkinan seorang anak akan belajar membuat pilihan yang tepat. Mungkin tidak langsung, tapi pasti lain kali. Sebaliknya, memaksa mereka melakukan sesuatu tanpa memberi mereka kesempatan untuk menginternalisasi pilihan mereka pada dasarnya tidak akan berguna. Hal itu bisa membuat orang tua merasa lebih baik, namun memiliki korelasi negatif dengan pembelajaran dan kesuksesan anak. Orang tua yang menggunakan metode pemberdayaan tidak takut membiarkan anak mereka melakukan kesalahan, karena mereka mengerti bahwa inilah cara kita sebagai manusia belajar. 

Kita bisa memuji anak-anak kita atas kerja keras dan usaha mereka. Ingat, ini bukan perlombaan atau kompetisi buat anak dan remaja untuk jadi nomor satu ya. Cara terbaik yang bisa kita lakukan untuk anak dan remaja untuk menjadi pembelajar seumur hidup adalah meyakinkan mereka bahwa kita menghargai ketekunan dan usaha keras, terlepas dari hasil jangka pendeknya.

Mendorong anak-anak melalui pujian berbasis usaha.
Bagaimana kita bisa mengharapkan anak dan remaja mematuhi tugas sekolah jika mereka tidak memahaminya? Caranya kita bisa memuji anak-anak kita atas kerja keras dan usaha mereka. Ingat, ini bukan perlombaan atau kompetisi buat anak dan remaja untuk jadi nomor satu ya. Cara terbaik yang bisa kita lakukan untuk anak dan remaja untuk menjadi pembelajar seumur hidup adalah meyakinkan mereka bahwa kita menghargai ketekunan dan usaha keras, terlepas dari hasil jangka pendeknya. Satu jenis pujian yang memiliki efek positif dan tak terlupakan seumur hidup anak; puji mereka ketika mereka mencoba sesuatu yang baru. Metodenya sederhana tapi strategis. Anak-anak didorong untuk mengambil risiko yang wajar dan mencoba sesuatu yang baru, kemudian berikan pujian hanya karena mencoba tugas baru. Perubahan yang luar biasa dalam perilaku, harga diri, dan pengembangan rasa hormat dan empati akan terlihat. Tidak masalah jika tugas, permainan, atau konsep dijalankan mungkin tidak sempurna; terpenting adalah anak merasa senang mencoba. Dengan begitu, mereka akan terus berpartisipasi untuk mencoba.

Anak-anak perlu untuk didorong mengambil risiko yang wajar dan mencoba sesuatu yang baru, kemudian berikan pujian karena mau mencoba tugas baru. Perubahan yang luar biasa dalam perilaku, harga diri, dan pengembangan rasa hormat dan empati akan terlihat. Tidak masalah jika tugas, permainan, atau konsep dijalankan dengan tidak sempurna; itu penting bahwa anak merasa senang mencoba. Dengan begitu, mereka akan terus berpartisipasi untuk terus mencoba.

Psikolog penelitian Stanford Dr. Carol Dweck menggunakan istilah open mindset untuk menjelaskan mengapa orang-orang yang percaya bahwa mereka dapat mewujudkan potensi melakukannya, sementara yang lain dengan atribut yang sama tidak melakukannya. Dia menunjukkan bahwa kita sebenarnya dapat menumbuhkan otak kita dengan menantangnya; bahwa kita dapat terus berupaya mengembangkan kemampuan kognitif, kecakapan atletik, dan keterampilan lainnya. Orangtua anak-anak yang kita lihat sering terkejut dengan perubahan dan pertumbuhan positif yang mereka amati pada anak-anak mereka setelah beberapa minggu memuji usaha anak dan remaja, bukan untuk prestasi atau hasil ya. Anak-anak dapat menjadi lebih bahagia, lebih energik, lebih positif dalam pandangan mereka, dan berperilaku lebih baik.