Hai mbak Anindya, mbak aku tuh kesel dan bosen banget ditanyain temen, sodara sana sini “kapan kamu nikah?” “koq belom ada undangan juga ni?” pengen nangis dengernya apalagi terus-menerus. Padahal aku tuh hepi-hepi aja sekarang, tapi malah bikin ga pede. Gimana ya mbak baiknya ngejawabin pertanyaan kayak gini biar ga kesel?
(Vira, 30 tahun, pegawai swasta)

Hai Vira, pertanyaan semacam ini memang bisa jadi terasa seperti menyerang, merendahkan bahkan ada yang merasa seperti penghinaan. Jika ini kamu rasakan, menunjukkan ada sesuatu yang salah dengan menjadi lajang, pernikahan masih dianggap sebagai jalan sakral menuju kebahagiaan. Padahal belum tentu juga. Banyak orang yang menikah, tidak menjadi lebih bahagia daripada ketika mereka masih lajang. Banyak orang tidak tahu bahwa kehidupan lajang bisa sangat memuaskan. Orang-orang yang tetap melajang, biasanya memiliki lebih banyak teman dan jejaring sosial yang lebih besar, dan mereka melakukan lebih banyak hal untuk mempertahankan hubungan mereka dengan teman, saudara, dan rekan kerja daripada orang yang menikah. Mereka juga lebih dapat memberikan waktu bagi orang tua mereka yang sudah lanjut usia. Mereka juga mengalami lebih banyak pertumbuhan pemikiran pribadi.
Satu hal penting juga, janganlah menjadi single menjadi suatu keterpaksaan atau pembenaran dari situasimu saat ini, seperti “ga apa-apa deh lajang, mau gimana lagi” atau “mendingan sendiri deh daripada berada dalam hubungan yang buruk.” Internalisasi semacam ini menggambarkan keterpaksaan menjadi lajang.

Plot pernikahan memang sudah dimulai pada masa kanak-kanak, dengan dongeng putri dan pangeran. Itu terus berlanjut selama bertahun-tahun terus hingga dewasa dengan novel, film, dan lagu-lagu cinta semua menggembar-gemborkan cinta romantis sebagai jawaban satu-satunya yang benar bahagia selamanya. Siapa yang ga mau dengan indahnya cerita-cerita manis memasuki kehidupan nyata kita.
Kamu mungkin sedang menikmati masa lajangmu, tetapi itu tidak berarti bahwa orang-orang di sekitar kamu akan mengangguk setuju. Sebagai gantinya, banyak orang memberikan rasa kasihan mereka, penilaian mereka, dan kisah-kisah ketakutan mereka tentang apa yang akan menimpamu jika kamu terus melanjutkan jalan tanpa pasangan dan anak. Buktikan bahwa waktumu di dunia ini memiliki nilai. Tunjukkan bahwa kamu adalah anggota masyarakat yang berkontribusi.

Saya pikir pertanyaan “Mengapa kamu lajang?” ketika ditanya dengan cara merendahkan atau menghina, harus pensiun deh. Tidak seorang pun harus mempertahankan status lajang, lebih dari orang yang menikah harus mempertahankan pilihan mereka untuk menikah. Tidak semua yang lajang sebenarnya ingin menikah. Ada juga yang sebenarnya tidak berminat menikah.

Sebenarnya semua kembali pada apa yang diinginkan dirimu. Kemampuan memahami kondisi diri dan kepercayaan diri akan menampilkan kesiapanmu menghadapi pertanyaan mengenai pernikahan. Apapun pilihan hidup kita tentu saja tidak akan tanpa konsekuensi ini pun perlu disadari. Tapi ini bukan alasan untuk khawatir ya; justru ini adalah alasan untuk mengetahui apa yang sebenarnya kamu inginkan.