Kemarahan merupakan salah satu emosi yang paling kuat dan seringkali disalahpahami. Sayangnya, kesalahpahaman kita tentang kemarahan malah menyebabkan banyak perilaku buruk. Berikut ini adalah mitos tentang rasa marah yang perlu dibantah nih:
1. Kemarahan adalah emosi negatif.
Sebenarnya tidak buruk ketika kita merasa marah. Kemarahan adalah emosi yang normal dan sehat. Bahkan, banyak hal yang benar-benar baik berasal dari kemarahan, dan perasaan marah dapat menyebabkan perubahan positif. Misalnya dengan banyaknya ketidakadilan sosial disekitar kita; misalnya banyaknya orang terkena phk saat pandemi Covid-19 ini. Kalo kita jadi pengen marah, ya masih wajar aja.

2. Kemarahan adalah hal yang sama dengan agresi.
Banyak orang tidak dapat membedakan perasaan marah dan perilaku agresif. Meskipun merasa marah itu sehat, perilaku agresif tidak loh. Ada banyak cara sehat untuk menghadapi kemarahan tanpa menggunakan ancaman ataupun kekerasan.
3. Manajemen kemarahan tidak berguna.
Ketika orang tidak memiliki keterampilan untuk mengelola kemarahan mereka, emosi mereka dapat menyebabkan masalah di berbagai aspek kehidupan mereka. Masalah relasi, masalah karir, bahkan hingga jeratan hukum dapat terjadi dari ekspresi kemarahan yang tidak sehat. Terapi manajemen kemarahan bisa menjadi alat yang ampuh bagi individu mengurangi ledakan agresif. Jika kamu merasa sudah sulit mengendalikan kemarahan yang ada dalam dirimu, tidak ada salahnya untuk tidak menunda membuat janji konseling dengan psikolog.

4. Kemarahan hanya ada di kepala anda.
Kemarahan melibatkan lebih dari sekadar pikiran saja. Ingat-ingat terakhir kali anda merasa sangat marah. Kemungkinan detak jantung akan terasa meningkat, wajah memerah, dan tangan bergetar. Hal ini terjadi karena kemarahan membangkitkan respons fisiologis, dan respons itulah yang sering memicu pikiran marah dan perilaku agresif. Mempelajari cara relaksasi tubuh dan pikiran kita merupakan salah satu cara untuk mengurangi ledakan agresif.
5.Lampiaskan kemarahan pada orang yang mengesalkan tersebut atau pada benda disekitarmu .
Memukul pintu, menghancurkan kamar, atau berteriak sesuka hati sebenarnya tidak benar-benar melepaskan kemarahan yang kita pendam. Bahkan, penelitian psikologis menunjukkan bahwa melampiaskan kemarahan dengan cara ini sebenarnya memiliki efek sebaliknya: Semakin anda lampiaskan, semakin buruk perasaan anda.

6. Mengabaikan amarah sendiri akan membuatnya hilang.
Tersenyum untuk menutupi rasa frustrasi, menyangkal bahwa anda merasa marah atau membiarkan orang lain memperlakukan anda dengan buruk dalam upaya untuk menjaga perdamaian dapat menyebabkan kemarahan anda beralih ke dalam diri sendiri. Kemarahan yang ditekan, dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan fisik dan mental kita. Bisa berupa penyakit jantung hingga depresi atau bahkan mengalami komplikasi penyakit fisik lainnya.
7. Laki-laki lebih pemarah dari perempuan.
Sebenarnya pria dan wanita dapat mengalami tingkat kemarahan yang sama. Hanya cara mengekspresikannya yang bisa berbeda. Sementara pria mungkin bisa menjadi agresif dan impulsif dalam ekspresi kemarahan mereka. Wanita bisa jadi menggunakan pendekatan tidak langsung, seperti mendiamkan seseorang dari kehidupan mereka. Tidak ada yang persis sama sebenarnya.
Jadi sebenarnya kita semua perlu cara sehat untuk memahami kemarahan. Cara untuk mengatasi kemarahan adalah dengan menemukan cara yang sehat untuk mengungkapkannya. Mengubah kemarahan menjadi sesuatu yang konstruktif, seperti menciptakan perubahan positif atau merespons dengan tegas, adalah cara terbaik untuk mengatasi emosi kemarahan.

Namun, sebelum anda dapat mengekspresikan emosi, anda perlu betul-betul memahami apa yang sebenarnya anda rasakan. Perhatikan tanda-tanda peringatan dini ketika anda semakin marah. Beri waktu diri anda untuk menenangkan diri sebelum kemarahan anda sudah ingin meledak. Ketika anda sudah lebih tenang, ambil langkah-langkah untuk secara aktif memecahkan masalah dan mengekspresikan diri anda dengan cara yang lebih produktif. Misalnya mengerjakan hobi anda. Meningkatkan kecerdasan emosional dapat mencegah anda mengatakan dan melakukan hal-hal yang nantinya bisa anda sesali. Jika kemarahan diri anda masih sulit dipahami sendiri, tidak ada salahnya anda bahas bersama psikolog yang dapat memahami hal ini bersama anda.