Beberapa waktu lalu, saya menemukan orang-orang di Instagram, seenaknya mengutip penyakit mental dalam upaya untuk membuat foto mereka lebih menarik, atau untuk memamerkan kepribadian ‘aneh’ mereka. Saya jadi bertanya-tanya apa yang mengilhami tren penggunaan gangguan mental ini sebagai sarana pamer. Masalah kesehatan mental bukanlah tren untuk dibanggakan. Itu adalah masalah dan kondisi nyata yang dialami orang sungguhan! Mendiagnosa diri sendiri merusak pandangan yang lebih terbuka untuk mendiskusikan masalah kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah masalah penting, dan bisa sangat menakutkan bagi yang mengalaminya. Sayangnya, kebanyakan orang tidak menganggapnya serius, atau memiliki gagasan yang sangat menyimpang hingga merugikan. Pikirkan misalnya: ketika anda akan memberi caption pada selfie anda dengan kata-kata seperti ‘depresi’? Tidak. Jadi dari mana kata-kata seperti ‘schizo’ dan ‘psycho’ berasal? Mengapa ada kesenjangan dalam empati dalam hal kesehatan mental?

Tidak ada yang perlu dibanggakan dari memiliki masalah mental. Kita juga tidak perlu malu akan hal itu. Memiliki kondisi mental tertentu tidaklah menyenangkan dan itu menahan kita dalam kehidupan dengan cara yang mungkin tidak akan dipahami oleh mereka yang tidak memiliki masalah kesehatan mental. Postingan tertentu mungkin ‘relatable’ bagi sebagian orang, tetapi juga bisa merugikan dalam lain hal.
Ketika kita menyebarkan gagasan romantis bahwa masalah dan penyakit yang melemahkan seperti ini dalam beberapa hal ‘indah’ atau bahkan diinginkan. Penyakit mental seperti muncul sebagai sesuatu yang dicita-citakan, sesuatu yang anda butuhkan untuk pencapaian dan kesuksesan. Melihat media sosial, memiliki gangguan makan dianggap menggambarkan seperti kekuatan anda, kecemasan diperlukan untuk pencapaian, dan tentu saja, depresi seperti menunjukkan kedewasaan atau semacam ‘kehancuran yang tragis’.

Media sosial dapat menjadi alat yang sangat kuat dalam membantu orang dan menjangkau mereka. Itu bisa menjadi suara bagi mereka yang kesulitan untuk bersuara, dan dapat bertindak sebagai katalisator yang kuat untuk perubahan jika digunakan dengan benar. Berbagi masalah mental anda dengan beberapa orang terdekat ataupun terpilih di internet bisa menjadi sangat berharga untuk kemudian kita membuka diri dan akhirnya mendapatkan bantuan dunia nyata untuk kondisi anda, tetapi ini bukan solusi akhir untuk semua masalah anda. Namun, bisa sangat berbahaya jika anda berlebihan.
Berbagi berlebihan di internet memiliki banyak kekurangan. Pertama, anda membuka diri terhadap banyak penilaian dan kritik, sesuatu yang diperburuk oleh aspek anonimitas. Meskipun pemikiran tentang kritik yang akan datang seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak bicara, hal itu biasanya juga mengarah pada orang-orang yang mencoba bersaing untuk mendapatkan siapa yang lebih buruk. Ini dapat secara serius mendistorsi pendapat dan proses berpikir orang dan terkait dengan gagasan fantastis bahwa penyakit mental adalah sesuatu yang baik.

Bisa jadi pula tampak menghibur, pada akhirnya dapat menyebabkan peningkatan stigma dengan konten yang berlebihan dan dapat berdampak lebih pada kesehatan mental anda sendiri. Tidak ada yang salah untuk mendapatkan dukungan dari forum dan obrolan grup online yang dapat dapat mengurangi beban individu, tetapi bisa menjauhkan kita dari kebutuhan untuk mendapatkan bantuan nyata.
Apa solusinya di sini? Bagaimana kita benar-benar mengalahkan stigma dan menempatkan pengetahuan yang benar di luar sana? Bagaimana agar kita dapat membantu orang lain? Pertama dan terpenting, kita perlu mendidik diri kita sendiri. Pelajari lebih lanjut dari sumber terpercaya mengenai berbagai masalah kesehatan mental di dunia dan baca tentang gejalanya dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang.

Kita harus berhenti menyebarkan citra romantis dan mulia dari orang-orang yang berjuang melawan penyakit yang tampaknya ‘indah’. Tolong jangan gunakan penyakit mental sebagai sarana untuk membuat feed anda lebih ‘estetis’ atau melabeli diri anda sebagai ‘unik’ dan ‘edgy’. Bicara tentang ini. Tanyakan kepada teman atau orang yang anda cintai bagaimana perasaan mereka dan dengarkan dengan tulus. Biarkan orang tahu bahwa anda ada di sana dan bersedia mendengarkan, jika hanya itu yang dapat anda lakukan. Dan yang terpenting, pahami segala sesuatunya dengan pikiran terbuka. Kita semua perlu belajar untuk secara teratur mempraktikkan empati dasar yang menjadikan kita semua manusia.